
Cermin . ya cermin itu tak pernah berbohong sejak awal dia berada di situ .
"ketika cermin itu pecah akankah cermin itu jadi utuh seperti semula ?
" ya srpihannya ada yang hilang bahkan melukai. Walau berusaha mengembalikan cermin itu seperti semula, pasti ada goresan" yang membuat tidak nyaman .
Bukankah sama halnya dengan,
Ketika ada perselisihan atau apa lah namanya.. mungkinkah bisa 100% kembali seperti dulu tanpa bekas
Ya pasti masih ada perasaan sakit hati karena sesuatu.
karena masih ada rasa ingat atau teringat . Pasti ketidak nyamanan itu dari hal yang masih diingat . Walau sebenarnya bukan sengaja diingat .
Apa bila cermin itu hanya sekedar retak . Mungkin cermin itu bisa rekatkan kembali . Apalagi jika bukan dengan selotip . Selotip yang cukup kuat agar retakannya dapat di minimalisir . Sebanyak apapun cermin itu kembali retak sebanyak itu pula selotip yang di butuhkan untuk memperbaikinya . Walaupun rasa tidak nyaman itu mulai muncul . . Jadi harus menyiapkan sebanyak itu pula selotip yang di butuhkan karena cermin itu terus retak . Tapi bagaimana jika persediaan selotip itu HABIS?
Padahal masih ingin mempertahankan cermin itu?
Aku masih ingin menatap cermin itu setiap saat . Sementara tak ada satupun yang bisa merekatkan cermin itu?
Bukankah jalan satu-satunya dengan melukai tanganku sendiri . Agar cermin yang terus retak itu tidak pecah dan hilang . Tapi bagaimana jika tanganku tak ukup kuat lagi menahan sakitnya?
karena aku sudah terlalu lama menangis dan menahan . Aku sudah terlalu lama berharap mengapa cermin itu tak kunjung kembali seperti semula?
Lagi- lagi aku harus melepaskan tanganku karena tak kuatnya menahan ..
membiarkanya pecah bersama serpihan"nya .
Itulah yang ku fikirka saat ini . Bila aku merasa tersakiti, bukankah aku harus menyiapkan banyak dan sangat banyak selotip yang kuat . Tak lain adalah kesabaranku. Tapi bagaimana jika kesabaran itu terus kulakukan dan kulakukan hingga ada saatnya Habis . HAhaha . kesabaranku ada batasnya . Aku jadi harus menyakiti diriku sendiri . dan terus selalu menahan sementara orang itu terus menyakiti . Ya awalnya aku harus mengorbankan diriku sendiri untuk sakit, karena aku tak ingin menjauhinya gara" cuma kekedar egoku belaka.
Waktu itu aku terlalu takut untuk pergi . . Tapi bagaimana lagi jika aku sudah sangat tak mampu menahan karena aku terlalu lama untuk menunggu, agar orang itu berhenti menyakiti . Aku capek . Bagaimana .. bukankah aku harus meninggalkanya untuk sementara sekedar untuk menenangkan dan menyembuhkan lukaku .
Hahhaaa . Bisa jadi dibilang aku EGOIS .AKU EGOIS . SANGAT EGOIS .
Aku menyelamatkan diriku sendiri .
Aku sulit untuk berfikir jernih . kejadian itu begitu cepat dan aku tak bisa menghindarinya .

Tidak ada komentar:
Posting Komentar